Sejarah dan Perkembangan Akuntansi
Indonesia dan Internasional
Saat ini akuntansi beroperasi antara lain dalam
lingkungan perilaku, sektor publik dan Internasional. Akuntansi menyediakan
informasi bagi pasar modal-pasar modal besar, baik domestik maupun
internasional. Akuntansi telah meluas ke dalam area konsultasi manajemen dan
melibatkan lebih besar porsi teknologi informasi dalam sistem dan prosedurnya.
Dengan demikian akuntansi jelas tanggap terhadap stimulus lingkungan.
Menurut Choi dan Muller (1998; 1) bahwa ada tiga kekuatan utama yang
mendorong bidang akuntansi internasional kedalam dimensi internasional yang
terus tumbuh, yaitu:
1.
Faktor lingkungan
2.
Internasionalisasi
dari disiplin akuntansi
3.
Internasionalisasi
dari profesi akuntansi.
Ketiga faktor tersebut dalam perjalanan/perkembangan
akuntansi sangat berperan dan menentukan arah dari teori akuntansi yang selama
bertahun-tahun dan dekade banyak para ahli mencurahkan tenaga dan pikirannya
untuk mengembangkan teori akuntansi dan ternyata mengalami kegagalan dan hal
tersebut menyebabkan terjadinya evolusi dari ”theorizing” ke “conceptualizing”.
Sejarah
Awalnya, akuntansi dimulai dengan sistem pembukuan
berpasangan (double entry bookkeeping) di Italia pada abad ke 14 dan 15. Sistem
pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping), dianggap awal penciptaan
akuntansi. Akuntansi modern dimulai sejak double entry accounting ditemukan dan
digunakan didalam kegiatan bisnis yaitu sistem pencatatan berganda (double
entry bookkeeping) yang diperkenalkan oleh Luca Pacioli (th 1447). Luca Pacioli
lahir di Italia tahun 1447, dia bukan akuntan tetapi pendeta yang ahli
matematika, dan pengajar pada beberapa universitas terkemuka di Italia. Lucalah
orang yang pertama sekali mempublikasikan prinsip-prinsip dasar double
accounting system dalam bukunya berjudul : Summa the arithmetica geometria
proportioni et proportionalita di tahun 1494. Banyak ahli sejarah yang
berpendapat bahwa prinsip dasar double accounting system bukanlah ide murni
Luca namun dia hanya merangkum praktek akuntansi yang berlangsung pada saat itu
dan mempublikasikannya. Hal ini diakui sendiri oleh Luca (Radebaugh, 1998)
“Pacioli did not claim that his ideas were original, just that he was the one
who was trying to organize and publish them. He objective was to publish a
popular book that could be used by all, following the influence of the venetian
businessmen rather than bankers”.
Praktek bisnis dengan metode venetian yang menjadi
acuan Luca menulis buku tersebut telah menjadi metode yang diadopsi tidak hanya
di Italia namun hampir disemua negara Eropa seperti Jerman, Belanda, Inggris.
Luca memperkenalkan 3 (tiga ) catatan penting yang harus dilakukan:
1.
Buku
Memorandum, adalah buku catatan mengenai seluruh informasi transaksi bisnis.
2.
Jurnal,
dimana transaksi yang informasinya telah disimpan dalam buku memorandum
kemudian dicatat dalam jurnal.
3.
Buku
Besar, adalah suatu buku yang merangkum jurnal diatas. Buku besar merupakan centre
of the accounting system (Raddebaugh, 1996).
Perkembangan sistem akuntansi ini didorong oleh
pertumbuhan perdagangan internasional di Italia Utara selama masa akhir abad
pertengahan dan keinginan pemerintah untuk menemukan cara dalam mengenakan
pajak terhadap transaksi komersial.
“Pembukuan ala Italia“ kemudian beralih ke Jermanuntuk membantu para pedagang
zaman Fugger dan kelompok Hanseatik. Pada saat bersamaan filsuf bisnis Belanda
mempertajam cara menghitung pendapatan periodic dan pemerintah Perancis
menerapkan keseluruhan sistem dalam perencanaan dan akuntabilitas pemerintah. Tahun
1850-an double entry bookkeeping mencapai Kepulauan Inggris yang menyebabkan
tumbuhnya masyarakat akuntansi dan profesi akuntansi publik yang terorganisasi
di Skotlandia dan Inggris tahun 1870-an. Praktik akuntansi Inggris menyebar ke
seluruh Amerika Utara dan seluruh wilayah persemakmuran Inggris. Selain itu
model akuntansi Belanda diekspor antara lain ke Indonesia. Sistem akuntansi
Perancis di Polinesia dan wilayah-wilayah Afrika dibawah pemerintahan Perancis.
Kerangka pelaporan sistem Jerman berpengaruh di Jepang, Swedia, dan Kekaisaran
Rusia.
Paruh Pertama abad 20, seiring tumbuhnya kekuatan
ekonomi Amerika Serikat, kerumitan masalah akuntansi muncul bersamaan. Kemudian
Akuntansi diakui sebagai suatu disiplin ilmu akademik tersendiri. Setelah
Perang Dunia II, pengaruh Akuntansi semakin terasa di Dunia Barat. Bagi banyak
negara, akuntansi merupakan masalah nasional dengan standar dan praktik
nasional yang melekat erat dengan hukum nasional dan aturan profesional.
Perkembangan Akuntansi Indonesia
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada
era penjajahan Belanda sekitar 17 (ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso
1995). Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di Indonesia dapat
ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan Amphioen
Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada era ini Belanda
mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping)
sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli. Perusahaan VOC milik
Belanda-yang merupakan organisasi komersial utama selama masa
penjajahan-memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di Indonesia selama
era ini (Diga dan Yunus 1997).
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat
selama tahun 1800an dan awal tahun 1900an. Hal ini ditandai dengan
dihapuskannya tanam paksa sehingga pengusaha Belanda banyak yang menanmkan
modalnya di Indonesia. Peningkatan kegiatan ekonomi mendorong munculnya
permintaan akan tenaga akuntan dan juru buku yang terlatih. Akibatnya,
fungsi auditing mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1907
(Soemarso 1995). Peluang terhadap kebutuhanaudit ini akhirnya
diambil oleh akuntan Belanda dan Inggris yang masuk ke Indonesia untuk membantu
kegiatan administrasi di perusahaan tekstil dan perusahaan manufaktur (Yunus
1990). Internal auditor yang pertama kali datang di Indonesia adalah J.W
Labrijn-yang sudah berada di Indonesia pada tahun 1896 dan orang pertama yang
melaksanakan pekerjaan audit (menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan)
adalah Van Schagen yang dikirim ke Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak
berdirinya Jawatan Akuntan Negara-Government Accountant Dienst yang
terbentuk pada tahun 1915 (Soermarso 1995). Akuntan publik yang pertama adalah
Frese & Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada tahun 1918.
Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan
H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak-Belasting
Accountant Dienst (Soemarso 1995). Pada era penjajahan, tidak ada
orang Indonesia yang bekerja sebagai akuntan publik. Orang Indonesa pertama
yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang diangkat sebagai
pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September 1929
(Soemarso 1995).
Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul
pada tahun 1942-1945, dengan mundurnya Belanda dari Indonesia. Pada tahun 1947
hanya ada satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari
(Soermarso 1995). Praktik akuntansi model Belanda masih digunakan selama era
setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan pelatihan akuntansi masih
didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda. Nasionalisasi atas perusahaan
yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang orang Belanda dari Indonesia pada
tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan tenaga ahli (Diga dan Yunus
1997).
Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan akuntan, Indonesia pada akhirnya
berpaling ke praktik akuntansi model Amerika. Namun demikian, pada era ini
praktik akuntansi model Amerika mampu berbaur dengan akuntansi model Belanda,
terutama yang terjadi di lembaga pemerintah. Makin meningkatnya jumlah
institusi pendidikan tinggi yang menawarkan pendidikan akuntansi-seperti
pembukaan jurusan akuntansi di Universitas Indonesia 1952, Institute Ilmu
Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara-STAN) 1990, Univesitas Padjajaran
1961, Universitas Sumatera Utara 1962, Universitas Airlangga 1962 dan
Universitas Gadjah Mada 1964 (Soermarso 1995)-telah mendorong pergantian
praktik akuntansi model Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960 (ADB
2003). Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga harus mengadopsi sistem
akuntansi model Amerika (Diga dan Yunus 1997).
Pada pertengahan tahun 1980an, sekelompok tehnokrat
muncul dan memiliki kepedulian terhadap reformasi ekonomi dan akuntansi.
Kelompok tersebut berusaha untuk menciptakan ekonomi yang lebih kompetitif dan
lebih berorientasi pada pasar-dengan dukungan praktik akuntansi yang baik.
Kebijakan kelompok tersebut memperoleh dukungan yang kuat dari investor asing
dan lembaga-lembaga internasional (Rosser 1999). Sebelum perbaikan pasar modal
dan pengenalan reformasi akuntansi tahun 1980an dan awal 1990an, dalam praktik
banyak ditemui perusahaan yang memiliki tiga jenis pembukuan-satu untuk
menunjukkan gambaran sebenarnya dari perusahaan dan untuk dasar pengambilan
keputusan; satu untuk menunjukkan hasil yang positif dengan maksud agar dapat
digunakan untuk mengajukan pinjaman/kredit dari bank domestik dan asing; dan
satu lagi yang menjukkan hasil negatif (rugi) untuk tujuan pajak (Kwik 1994).
Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki
kualitas pelaporan keuangan muncul seiring dengan terjadinya berbagai skandal
pelaporan keuangan yang dapat mempengaruhi kepercayaan dan perilaku investor.
Skandal pertama adalah kasus Bank Duta (bank swasta yang dimiliki oleh tiga
yayasan yang dikendalikan presiden Suharto). Bank Duta go public pada
tahun 1990 tetapi gagal mengungkapkan kerugian yang jumlah besar (ADB 2003).
Bank Duta juga tidak menginformasi semua informasi kepada Bapepam, auditornya
atau underwriternya tentang masalah tersebut. Celakanya, auditor
Bank Duta mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian. Kasus ini diikuti oleh
kasus Plaza Indonesia Realty (pertengahan 1992) dan Barito Pacific Timber
(1993). Rosser (1999) mengatakan bahwa bagi pemerintah Indonesia, kualitas
pelaporan keuangan harus diperbaiki jika memang pemerintah menginginkan adanya
transformasi pasar modal dari model “casino” menjadi model yang dapat
memobilisasi aliran investasi jangka panjang.
Berbagai skandal tersebut telah mendorong pemerintah dan badan berwenang
untuk mengeluarkan kebijakan regulasi yang ketat berkaitan dengan pelaporan
keuangan. Pertama, pada September 1994, pemerintah melalui IAI mengadopsi
seperangkat standar akuntansi keuangan, yang dikenal dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Kedua, Pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia
(World Bank) melaksanakan Proyek Pengembangan Akuntansi yang ditujukan untuk mengembangkan
regulasi akuntansi dan melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995,
pemerintah membuat berbagai aturan berkaitan dengan akuntansi dalam Undang
Undang Perseroan Terbatas. Keempat, pada tahun 1995 pemerintah memasukkan aspek
akuntansi/pelaporan keuangan kedalam Undang-Undang Pasar Modal (Rosser 1999).
Jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 makin
meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk memperbaiki kualitas pelaporan
keuangan. Sampai awal 1998, kebangkrutan konglomarat, collapsenya sistem
perbankan, meningkatnya inflasi dan pengangguran memaksa pemerintah bekerja
sama dengan IMF dan melakukan negosiasi atas berbagaai paket penyelamat yang
ditawarkan IMF. Pada waktu ini, kesalahan secara tidak langsung diarahkan pada
buruknya praktik akuntansi dan rendahnya kualitas keterbukaan informasi (transparency).
Berikut ini tabel ringkasan perkembangan akuntansi di Indonesia.
Perkembangan Akuntansi internasional
Iqbal, Melcher dan Elmallah (1997:18) mendefinisikan
akuntansi internasional sebagai akuntansi untuk transaksi antar negara,
pembandingan prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara yang berlainan dan
harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia.
Akuntansi harus berkembang agar mampu memberikan
informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan di perusahaan pada setiap
perubahan lingkungan bisnis. Berikut ini karakteristik era ekonomi global:
1.
Bisnis
internasional
2.
Hilangnya
batasan-batasan antar negara era ekonomi global sering sulit untuk
mengindentifikasi negara asal suatu produk atau perusahaan, hal ini terjadi
pada perusahaan multinasional
3.
Ketergantungan
pada perdagangan internasional.
Harmonisasi Standar Akuntansi
Harmonisasi sejak lama keliru diasosiasikan dengan
standardisasi secara penuh. Ini sebenarnya berbeda dari standardisasi. Wilson
menyajikan perbedaan yang bermanfaat berikut “Istilah harmonisasi sebagai
kebalikan dari standardisasi memiliki arti sebuah rekonsiliasi atas berbagai
sudut pandang yang berbeda”. Istilah ini lebih bersifat sebagai pendekatan
praktis dan mendamaikan daripada standardisasi, terutama jika standardisasi
berarti prosedur-prosedur yang dimiliki oleh satu negara hendaknya ditetapkan
oleh semua negara yang lain. Harmonisasi menjadi suatu bagian yang penting
untuk menghasilkan komunikasi yang lebih baik atas suatu informasi agar dapat
diartikan dan dipahami secara internasional.
Dalam rangka bisnis internasional, perusahaan harus
menyediakan informasi keungannya. Oleh karena itu, perusahaan akan menemui
berbagai kendala misalnya perbedaan bahasa, mata uang dan standar akuntansi
keuangan. Peran ahli akuntansi keuangan yang memahami berbagai bahasa, mata
uang asing dan standar akuntansi internasional sangat penting untuk mengatasi
masalah ini.
Akuntansi Internasional
Akuntansi internasional meliputi dua aspek bahasan
utama yaitu deskripsi dan pembandingan akuntansi dan dimensi akuntansi atas
transaksi internasional. Pada aspek yang pertama, akuntansi internasional
membahas gambaran standar akuntansi dan praktek akuntansi pada berbagai negara
serta membandingkan standar dan praktek tersebut pada masing-masing negara yang
dibahas. Selain itu, aspek akuntansi internasional juga membahas mengenai
pelaporan keuangan, valuta asing, perpajakan, audit internasional serta
manajemen untuk bisnis internasional.
Kesimpulan
Akuntansi saat ini menyediakan informasi bagi pasar modal-pasar modal
besar, baik domestik maupun internasional. Akuntansi telah meluas ke dalam area
konsultasi manajemen dan melibatkan lebih besar porsi teknologi informasi dalam
sistem dan prosedurnya. Dengan demikian akuntansi jelas tanggap terhadap
stimulus lingkungan. Standar akuntansi tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
lingkungan dan kondisi hukum, sosial dan ekonomi suatu negara tertentu. Hal-hal
tersebut menyebabkan suatu standar akuntansi di suatu negara berbeda dengan di
negara lain. Globalisasi yang tampak antara lain dari kegiatan perdagangan
antar negara serta munculnya perusahaan multinasional mengakibatkan timbulnya
kebutuhan akan suatu standar akuntansi yang berlaku secara luas di seluruh
dunia.
Organisasi-organisasi
Pembuat Standar Akuntansi dan Audit Internasional
Terdapat
enam organisasi yang membuat standar akuntansi dan audit internasional yaitu:
1.
International Accounting Standards Board (IASB)
2.
Commision of the European Union (EU)
3.
International Organization of Securities Commissions (IOSCO)
4.
International Federation of Accountants (IFAC)
5.
United Nations Intergovernmental Working Group of
Experts on Standards of Accounting and Reporting (ISAR)
6.
Organization for Economic Cooperation and
Development Working Group on Accounting Standards (OECD
Working Group)
International
Accounting Standards Board (Iasb)
Tujuan dari organisasi ini adalah :
a.
Mengembangkan untuk kepentingan public, seperangkat
standar akuntansi yang berkualitas tinggi, mudah dimengerti dan tidak sulit
dilaksanakan, yang menuntut informasi berkualitas tinggi, transparansi dan
sebanding mengenai laporan keuangan dan kondisi keuangan lainnya.
b.
Memajukan penggunaan dan penerapan yang tepat dari
standar-standar yang dibuat.
c.
Memperhatikan kebutuhan khusus perusahaan kecil
menengah dan perkembangan ekonomi guna memenuhi tujuan nomor 1 dan 2.
d.
Meningkatkan kualitas konvergensi standar akuntansi
di setiap negara serta Standar Akuntansi International dan Standar Pelaporan
Keuangan International.
Uni
Eropa (Europen Union-EU)
Salah satu tujuan EU adalah untuk mencapai integrasi
pasar keuangan eropa. Untuk tujuan ini, EC telah memperkenalkan direktif dan
mengambil langkah inisiatif yang sangat besar untuk mencapai pasar tunggal bagi
:
a.
Perubahan
modal dalam tingkat EU
b.
Membuat
kerangka dasar hukum umum untuk pasar surat berharga dan derivatif yang
terintegrasi
c.
Mencapai
satu set standar akuntansi tunggal untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya
tercatat.
International Organization Of Securities Commissions
(Iosco)
Tujuan dari organisasi ini adalah:
a.
Bekerja
sama bersama untuk memajukan peraturan standar tinggi agar dapat memelihara
pasar yang adil , efisien, dan baik.
b.
Bertukar
informasi tentang pengalaman setiap negara guna memajukan perkembangan pasar
domestic.
c.
Menyatukan
usaha setiap negara untuk membuat standard an pengawasan yang tepat terhadap
transaksi sekuritas di setiap negara.
d.
Saling
membantu memajukan integritas pasar dengan menerapkan standar-standar secara
teliti dengan menindak segala pelanggaran.
International Federation Of Accountants (Ifac)
Misi IFAC adalah memperkuat profesi akuntansi di
seluruh dunia dan memberikan peran terhadap perkembangan ekonomi internasional
yang kuat dengan mendirikan dan memajukan kesetiaan terhadap standar
professional berkualitas tinggi, memperluas konvergensi internasional, dan
berbicara mengenai masalah kepentingan public dimana keahlian profesi tersebut
lebih relevan.
Kelompok Kerja Para Ahli Antar Pemerintahan Pbb Dalam International
Standards Of Accounting And Reporting (Isar)
ISAR didirikan tahun 1982, dengan cita-cita :
memajukan transparansi, reliabilitas, dan keterbandingan akuntansi dan
pelaporan badan hukum. begitu pun untuk meningkatkan pengungkapan pada
penguasaan badan hukum oleh perusahaan-perusahaan di negara berkembang dan
negara yang sedang mengalami transisi ekonomi.
Organization Of Economic Cooperation And Development (Oecd)
OECD merupakan organisasi internasional yang terdiri
atas 30 negara perekonomian pasar (sebagian besar negara industri). Badan
pengurus OECD bernama Dewan OECD dan memiliki jaringan sekitar 200 komite dan
kelompok pekerja.
Sejarah Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
SAK yang berkualitas merupakan salah satu pedoman
pokok untuk menyusun dan menyajikan laporan keuangan bagi perusahaan. Dengan
adanya standar akuntansi yang baik, maka laporan keuangan dapat menjadi lebih
berguna dan menciptakan transparasi bagi perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia, senantiasa berusaha untuk
tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, baik dalam lingkup nasional,
regional, maupun global, khususnya dalam hal yang mempengaruhi dunia usaha dan
profesi akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan
standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya,
terdapat tiga tonggak sejarah yang pernah dicapai sebelumnya dalam pengembangan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia:
a.
Menjelang
diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan
pertama kalinya IAI berhasil melakukan kodifikasi prinsip dan standar
akuntansiyang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi
Indonesia (PAI).” pada tahun 1973.
b.
Tahun
1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan
kemudian mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984”
dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia
usaha.
c.
Tahun1994,
setelah berlangsung selama 10 tahun IAI kembali melakukan revisi totalterhadap
PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
per 1 Oktober 1994.” IAI mengadopsi pernyataan International Accounting
Standard Committee (IASC) sebagai dasar acuan Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku di Indonesia
Sejarah Perkembangan Penyusun Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
IAI didirikan di Jakarta tanggal 23 Desember 1957.
Pengembangan SAK di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1973 dengan dibentuknya
Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur daripada GAAP dan GAAS.
Selanjutnya pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia yang
bertugas menyusun dan mengembangkan Standar Akuntansi Keuangan. Kemudian komite
PAI tersebut pada tahun 1994 diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan.
Pada kongres VIII 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah kembali
namanya menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) untuk masa bakti
1998–2002 dan diberi otonomi khusus untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan
ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan
Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS)
dibentuk pada tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan
penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakukan akuntansi transaksi syariah yang
dilakukan oleh DSAK.
Sumber :
- Harahap, Sofyan Syafri. Edisi revisi 2011. Teori
Akuntansi. Pt Rajagrafindo Persada. Jakarta
-http://accountme.blogspot.com/2013/02/sejarah-dan-perkembangan-akuntansi-di_5.html